Ulangan Harian Bab 3

Gambar
Penilaian hasil belajar siswa menjadi hal yang penting guna mengetahui kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diajarkan, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menghadapi ujian semester. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tersebut adalah dengan ulangan harian. Namun demikian, bagi sebagian besar siswa, ulangan harian menjadi sesuatu yang menyeramkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesiapan siswa menghadapi soal-soal yang diberikan. Umumnya siswa merasa takut gagal, mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, dan bahkan remidi. Latihan mengerjakan soal-soal dapat membantu siswa agar lebih terlatih ketika menghadapi ulangan harian. Selamat ulangan, klik soal di bawah ini!   link soal link soal

Berdiri di Depan Cermin Kaca

Sebuah Usaha Meningkatkan Minat Baca

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian banyak bangsa di dunia yang memiliki minat baca rendah, dan ini bukanlah hal yang debatabel. Kepastian tersebut setidaknya diperoleh dari laporan yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assessment (PISA) untuk tahun 2018 Indonesia berada di posisi ke-74 dari 79 negara yang disurvei, dan data itu semakin menurun berdasarkan laporan dari organisasi dan program yang sama di tahun 2015, yaitu posisi 64 dari 72 negara. Data ini dipetik dari kalangan pelajar Indonesia yang diyakini sepuluh dua puluh tahun yang akan datang diestimasikan menjadi pemimpin bangsa ini, apalagi masyarakat umum. Miris, itu pasti.

Ibarat berdiri di depan cermin kaca, membaca laporan tersebut tidak perlu juga kita histeris menolak, berkilah memberikan berbagai apologi yang pada intinya membesarkan hati untuk membantak kenyataan tersebut. Namun yakinlah, betapa kuatpun kita menyanggah penampakan di dalam cermin kaca maka “tampang buruk’ itu tetap akan terlihat juga. Semakin buruk, bila cermin tersebut kita hancurkan karena menampilkan tampang asli kita, atau berusaha merubahnya sesuai dengan penampakan yang kita inginkan.

Lantas mengapa minat membaca masyarakat kita demikian rendah? Bukankah masyarakat kita mayoritas beragama Islam yang dalam salah satu ayat al-Qur’an jelas diperintahkan membaca. Iqro bismi robbikal a’la “Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang Mahatinggi” (Q.S.87:1)? Dan pertanyaan epistemologis pada akhirnya adalah bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk menjawab pertanyaan sekaligus kenyataan ini setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali minat baca di tengah-tengah masyarakat kita.

Pertama, kenali manfaat membaca. Mengapa wahyu al-Qur’an yang pertama kali turun adalah perintah membaca? Tak pelak pertanyaan teologis ini harus diajukan. Dan jawabnya karena dalam kegiatan membaca terkandung banyak sekali manfaat bagi peningkatan sifat-sifat kemanusiaan yang luhur, di antaranya sebagai bentuk menjalankan perintah Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, menumbuhkan akal rasional dan menjaga akal keluar nalar, memandu tindakan mencapai tujuan, dan membangun peradaban. Dengan mengenali dan mengetahui manfaatnya maka seharusnya tidak ada lagi alasan bagi seseorang melalaikan membaca, minimal ia menyisihkan sedikit waktunya yang berharga untuk membaca. Ibarat meminum jamu pahit yang mungkin tidak semua orang suka, namun begitu ia mengetahui manfaat dan khasiatnya mungkin ia akan berebutan dengan yang lain untuk meminumnya. Dan ini sudah menjadi hukum dalam kehidupan, bahwa kebanyakan kita akan mengerjakan sesuatu bila telah tahu keuntungan dari apa yang kita kerjakan itu.

Kedua, sediakan fasilitas membaca yang baik. Bicara fasilitas membaca setidaknya ada dua hal, pertama apa yang dibaca dan kedua tempat membaca. Apa yang dibaca sudah barang tentu buku, meskipun bisa juga yang lain, dan bicara tempat membaca sudah pasti perpustakaan, meskipun juga bisa di tempat lain. Hampir semua kita bisa memberikan penilaian atas kedua komponen ini. Ambil contoh terdekat adalah Perpusda Kota Bekasi. Mengutip dari pojokbekasi (17/4/2021), perpustakaan kebanggaan warga Bekasi ini hanya memiliki koleksi buku sekitar 30 ribuan buah. Bila menurut BPS Kota Bekasi (2021) warga Kota Bekasi di tahun 2020 saja berjumlah lebih dari 2,5 juta maka satu buku diperebutkan oleh sekitar 84 orang. Belum lagi letaknya yang “terpencil” yang tidak semua orang tahu. Bila sudah begini, jangan berharap banyak masyarakat akan datang untuk membaca.

Ketiga, sediakan buku-buku kekinian dan uptodate. Bukan rahasia bila perpustakaan di masyarakat kita lebih mirip “gudang buku” tetimbang sebuah tempat yang menggambarkan intelektualitas. Hadirnya kesan ini, salah satunya, karena koleksi yang dimiliki mayoritas buku-buku tua dan outofdate. Padahal, Penerbit Gramedia saja mampu menerbitkan lebih dari 200 judul buku baru setiap tahunnya (kumparan, 23/4/2017), belum penerbit yang lain. Itu artinya, buku-buku baru hadir ke tengah-tengah masyarakat cukuplah besar. Mengapa ketersediaan judul-judul buku baru tersebut tidak tergambar dalam perpustakaan?

Keempat, maksimalkan daya beli buku masyarakat. Bukan rahasia bila daya beli masyarakat kita rendah. Menurut Syarif Bando, sebagaimana dikutip dari tribunnews.com (22/3/2021), standar UNESCO minimal 3 buku baru (dimiliki) untuk setiap orang setiap tahunnya. Di negara Asia Timur, jelas Kepala Perpusnas ini, seperti Korea, Jepang, China, rata-rata memiliki 20 buku baru bagi setiap orang setiap tahunnya. Ini, jelasnya, menjadi tantangan bagi negara dan paling mendasar kenapa budaya membaca di Indonesia rendah. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Menurut laporan platform e-commerce global Picodi.com, sebagaimana dikutip databoks (24/4/2019), sebanyak 63% masyarakat Indonesia membeli buku minimal satu dalam setahun. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam sebesar 60% dan Singapura 51%. Namun, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Thailand yang mencatat skor 79%, Malaysia 76%, dan Filipina 69%.

Lalu solusinya bagaimana? Maksimalkan peran pameran, book fair, dan bazzar-bazzar buku yang banyak diadakan dengan cara memberikan potongan harga yang dapat memancing daya beli masyarakat. Karena sudah menjadi rahasia umum, dalam kegiatan tersebut harga buku yang ditawarkan “tidak menggiurkan” bagi masyarakat. Kalaupun ada potongan besar biasanya berlaku untuk buku-buku yang kurang diminati. Di sisi lain, Perpusnas sebagai lembaga yang berhak mengeluarkan ISBN bagi setiap buku baru yang terbit lebih memudahkan hibah buku kepada masyarakat, baik individu maupun komunitas. Bila perlu, turut hadir dalam pameran atau bazzar buku dengan menawarkan buku dengan harga menggiurkan.

Kelima, hargai mereka sesuai dengan perannya. Terkait dengan kegiatan membaca, setidaknya ada tiga komponen yang terlibat: (1) penulis, (2) penerbit, dan (3) pembaca. Berikan ketiga komponen tersebut haknya, berupa penghargaan (award) yang dapat memotivasi ketiganya dalam menjalankan perannya. Benar, saat ini beberapa penghargaan telah diberikan kepada ketiga insan tersebut, baik yang diberikan secara simultan maupun dadakan. Sebut saja IKAPI Award untuk penerbit, LIPI Award bagi penulis yang bukunya diterbitkan oleh LIPI Press, Penghargaan Sastra, Pemilihan Duta Baca, dan sebagainya. Namun, usaha tersebut hendaklah terus ditingkatkan sehingga ketiga elemen dasar dalam kegiatan literasi tersebut terus mendapatkan nutrisi untuk terus mengambil perannya secara signifikan.

Inilah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh siapa pun yang peduli terhadap perkembangan kemanusiaan di Indonesia. Peran tersebut dapat diambil oleh pemerintah maupun swasta, oleh individu maupun komunitas. Yang pasti, usaha untuk meningkatkan minat baca masyarakat merupakan sebuah usaha yang harus segera dilakukan. Dan melakukan kelima hal di atas adalah langkah awal ke arah itu. Semoga.

Bekasi, 02 September 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asesmen Akhir Lingkup Materi PPKn BAB I

Asesmen Tengah Semester Ganjil

KUMPULAN MATERI MOOC PPPK 2025