Ulangan Harian Bab 3

Gambar
Penilaian hasil belajar siswa menjadi hal yang penting guna mengetahui kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diajarkan, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menghadapi ujian semester. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tersebut adalah dengan ulangan harian. Namun demikian, bagi sebagian besar siswa, ulangan harian menjadi sesuatu yang menyeramkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesiapan siswa menghadapi soal-soal yang diberikan. Umumnya siswa merasa takut gagal, mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, dan bahkan remidi. Latihan mengerjakan soal-soal dapat membantu siswa agar lebih terlatih ketika menghadapi ulangan harian. Selamat ulangan, klik soal di bawah ini!   link soal link soal

Mengapa Kurikulum Berubah

 

Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?

Oleh: Dalim, M.Pd

Kepala SMP Harapan Baru Kota Bekasi

                                                                            Gambar 1. Anatomi Kurikulum
                                                                            Sumber: Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, hlm. 16

Bekasi (13/12/2023). Adagium “ganti menteri ganti kurikulum” senyatanya sering terlontar secara sadar atau tidak di kalangan pendidik dan stake holder yang bersentuhan dengan dunia pendidikan. Sepintas ada benarnya. Tapi bila dicermati, kebenaran anggapan itu tentunya masih terkesan bias. Lantas, kenapa kurikulum berubah? Nah, ini menjadi pertanyaan dasarnya.

Pengertian Kurikulum

Sebelum kita menjawab pertanyaan dasar di atas, ada baiknya kita memahami pengertian kurikulum sebagai basis ontologis terlebih dahulu agar kita tidak tersesat dalam perjalanan usaha memahami jawaban dari pertanyaan dasar tadi.

Dari sudut etimologi, jelas S. Nasution, dalam Fauzan (2017, p. 56) kurikulum berasal dari bahasa Latin, curriculum yang berarti kumpulan materi pelajaran yang harus dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan, tri wulan atau satu semester. Pengertian kurikulum seperti ini sudah sesuai dengan asal katanya “courier” (bahasa Perancis) yang berarti berlari (to run).

Secara terminologi tentu kita akan dihadapkan oleh begitu banyak definisi kurikulum yang diberikan oleh para ahli di bidang pendidikan. Dari banyak pengertian atau definisi yang diberikan oleh Masykur dalam bukunya (2019, pp. 13-15), definisi yang diberikan oleh B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores dalam pandangan kami merupakan definisi yang patut dinukil, karena bagi kami definisi tersebut bukan saja mendefinisikan kata “kurikulum” tapi secara implisit memberikan pesan perlunya perubahan kurikulum, yaitu: “Kurikulum ialah sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.”

Berdasarkan definis tersebut diketahui bahwa kurikulum itu harus menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap siswa memiliki bekal sebagai hasil pengalamannya belajar yang dibutuhkan ketika mereka sudah lulus dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, kurikulum harus mampu memberikan berbagai kompetensi kepada siswa sebagai modal dasar kelak mereka hidup di alam sebenarnya, yakni masyarakat. Itu artinya, kurikulum harus didesain sesuai dengan kehidupan masyarakat. Sedangkan salah satu sifat masyarakat adalah berubah, sebagaimana dinyatakan para sosiolog seperti Comte, Spencer, Hobhouse, dan lain-lain. Asumsi dasar mereka, setiap masyarakat mengalami perubahan melalui tahap-tahap tertentu. Dimulai dari tahap bersahaja untuk kemudian meningkat ke tahap madya dan moder (Soekanto, 2015, pp. 382-383). Ketika masyarakat berubah, maka saat itulah kurikulum pun harus berubah agar adaptif dengan kebutuhan kehidupan.

Mengapa Kurikulum Sering Berubah

     Gambar 2. Berbagai kompetensi yang harus diadaptasi oleh kurikulum
    Sumber gambar: https://smartpresence.id/blog/pekerjaan/jenis-pekerjaan-yang-cocok-terhadap-kepribadian 

Kembali kepada adagium di atas, “ganti menteri ganti kurikulum”. Adagium ini dijawab oleh pakar-pakar kurikulum, bahwa perubahan tersebut tidak terlepas dari peran politik, dan ini memang suatu kenyataan bahwa pendidikan di tanah air tidak pernah lepas dari genggaman politik, termasuk dalam hal perubahan kurikulum. Namun, bila dilihat dari tantangan pendidikan maka selayaknya kurikulum mengalami perubahan dan perbaruan karena tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Oleh karenanya, pembaharuan kurikulum bukan melulu berkaitan dengan politik, namun terdapat beberapa indikator yang mengharuskan perubahan kurikulum.

Indikator dari perubahan kurikulum yang ada di Indonesia ini, disebabkan oleh (Aslan & Wahyudin, 2020, pp. 184-185):

1.       Teknologi semakin berkembang pesat saat ini, sehingga hubungan sosial sudah terikat oleh jaringan sosial. Namun, teknologi yang membawa dampak, baik dari segi positif maupun negatif, akan berdampak pada kehidupan manusia. Oleh karena itu, salah satu strategi untuk meminimalisir dampak negatif tersebut, kurikulum harus lebih maju selangkah dari perkembangan teknologi saat ini.

2.  Kurikulum merupakan inti dari kegiatan pembelajaran siswa. Akan tetapi, setiap perubahan kurikulum tidak selamanya cocok dengan situasi lingkungan siswa. Oleh karena itu perang paling penting untuk mengimplementasikan kurikulum adalah keprofesionalan seorang guru.

3.       Setiap adanya perubahan pada kurikulum maka segala-galanya harus mengalami perubahan seiring terjadinya perubahan pada kurikulum, seperti bahan ajar, media atau alat dalam pembelajaran.

4.    Kurikulum berpatokan pada standar global atau regional, berwawasan nasional dan dilaksanakan secara lokal.

5.   Kurikulum memiliki kesinambungan antara jenjang pendidikan yang satu dengan jenjang pendidikan selanjutnya.

6.     Pengembangan kurikulum pada dasarnya bukan menjadi otoritas sepenuhnya dari peerintah pusat, tetapi mensosialisasikan dengan pemerintah daerah.

7.         Kurikulum harus mengalami perbedaan antara dasar, menengah, dan atas.

8.     Kurikulum harus juga memperhatikan pendidikan yang terjadi di keluarga dan masyarakat. Kerja sama antara ketiga komponen ini harus menjadi pilar dalam perubahan kurikulum.

Walhasil, bila kita kembali kepada pertanyaan dasar yang dilontarkan di awal tulisan ini: Mengapa kurikulum harus berubah? Tentu jawabnya agar bisa menjadi alat untuk mempersiapkan siswa dengan bekal berbagai kompetensi sebagai bekal bagi kehidupan mereka dalam kehidupan nyata/kehidupan bermasyarakat kelak yang terus berubah. Singkatnya, ketika kehidupan berubah, maka saat itulah kurikulum juga mesti berubah. Dengan demikian perubahan kurikulum merupakan suatu keniscayaan karena kehidupan sendiri akan terus berubah. Pada titik ini, kurikulum bersifat inhern (melekat) dengan kehidupan manusia dan bagaimana ia membantu manusia memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya.

Daftar Pustaka

Aslan, & Wahyudin. (2020). Kurikulum dalam Tantangan Perubahan. Medan: Bookies Indonesia.

Fauzan. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran. Ciputat: GP Press.

Masykur. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: Aura Publisher.

Soekanto, S. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

 

Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi formulir dengan klik link di bawah ini sebagai umpan balik dalam kegiatan aksi nyata “Menyebarkan Pemahaman tentang Merdeka Belajar”.

https://forms.gle/WCjTRQVsyvTBja4m7

Komentar

  1. Sangat relevan dan informatif. Kurikulum berubah sebenarnya bukan karna ganti menteri tapi juga karena tuntutan dari dunia pendidikan, dimana kita harus beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman apalagi di zaman teknologi seperti sekarang ini. Tentu kurikulum disesuaikan juga dengan zamannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asesmen Akhir Lingkup Materi PPKn BAB I

Asesmen Tengah Semester Ganjil

KUMPULAN MATERI MOOC PPPK 2025